Bangunan Cagar Budaya

Masjid Pathok Babadan


Bangunan Cagar Budaya

Masjid Pathok Babadan

Ada

Kolonial Jepang

Kolonial

-

-

Panjang : Lebar :

Panjang : Lebar:

-

Masjid kagungan dalem awalnya terletak di Kampung Kauman Babadan, Kelurahan Babadan, Kecamatan Banguntapan, Bantul. Karena situasi masa penjajahan Jepang tahun 1942, sehingga terjadi perpindahan besar-besaran, dalam hal ini unsur-unsur bangunan masjid pun ikut dibawa oleh para abdi dalem kamasjidan yang mengurusinya. Perpindahan ini diikuti seluruh penduduk. Adapun lokasi baru di Desa Babadan Baru, Kelurahan Kapanewon, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Bangunan masjid lama didirikan 1774 M, dibangun setelah Masjid Dongkelan (1757-1792). Tanahnya milik Kraton bersifat perdikan dan masih ditempatkan abdi dalem kemasjidan. Pada zaman penjajahan Jepang yakni pada tahun 1940, Masjid Ad-Darojat dan masyarakat Babadan dipindah ke Desa Badaba di Jl. Kaliurang, Kentungan, Sleman. Perpindahan ini dikarenakan saat itu daerah Babadan terkena pelebaran pangkalan pesawat terbang dan sebagai gudang senjata. Akibat perpindahan tersebut denyut kampung Babadan sebagai kampung santri sempat mengalami tidur panjang. Akibat perpindahan yang dilakukan oleh Jepang tersebut, masjid Patok Negoro tersebut menjadi tak terurus.
Saat terjadi pengusiran oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke Kentungan. Sebagian warga Babadan tetap tinggal di kampung halamannya. Setelah ditinggalkan warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja. Hal ini dikarenakan seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun kembali di Babadan Kentungan. Setelah Jepang kalah dalam Perang Duma ke-2 yang akhirnya seluruh personil dan tentaranya meninggalkan Indonesia, secara otomatis pembangunan perluasan pangkalan udara pun urung dilaksanakan.

-

Penetapan Cagar Budaya
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

Belum Ditetapkan

-

-

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Penghargaan Cagar Budaya
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

General
Pemilik dan Pengelola

-

Takmir

Sleman

Depok

(tidak diinput)

-

-

-

Dusun babadan Jalan

Lokasi

Sleman

Depok

(tidak diinput)

Jalan babadan baru Jalan

Penelitian yang Pernah Dilakukan

-

-

-

-

Kondisi Bangunan
Arsitektur

Baik

Akibat perpindahan yang dilakukan oleh Jepang tersebut, masjid Patok Negoro tersebut menjadi tak terurus.
Saat terjadi pengusiran oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke Kentungan. Sebagian warga Babadan tetap tinggal di kampung halamannya. Setelah ditinggalkan warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja. Hal ini dikarenakan seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun kembali di Babadan Kentungan. Setelah Jepang kalah dalam Perang Duma ke-2 yang akhirnya seluruh personil dan tentaranya meninggalkan Indonesia, secara otomatis pembangunan perluasan pangkalan udara pun urung dilaksanakan. Sekitar tahun 1950-an mulai banyak masyarakat yang datang ke kampung Babadan dan akhirnya menetap di sana. Pada tahun 1960-an seorang warga bernama Muthohar mempunyai niat membangun kembali masjid peninggalan Sri Sultan HB I tersebut.

Struktur

Baik

-

Keterawatan

Baik

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Pada tahun 1960-an seorang warga bernama Muthohar mempunyai niat membangun kembali masjid peninggalan Sri Sultan HB I tersebut. Hal itu tersebut dilakukan semasa Sri Sultan HB IX, dan atas dukungan nama ngarsa dalem "Ndoro Jatun" diabadikan menjadi nama masjid Patok Negara tersebut dengan nama Masjid Ad-Darojat. Meski bentuk masjid mengalami perubahan, namun bentuk khas sebagai masjid kraton masih tetap dipertahankan. Seperti pada masjid Pathok Negoro lainnya, di sisi barat masjid adalah pemakaman tempat bersemayam para tokoh agama maupun masyarakat setempat.
Unsur bangunan yang tetap dipertahankan antara lain, bangunan berbentuk tajug dengan atap tumpang satu, yang disangga oleh empat saka guru. Kemudian atap masjid dihiasi dengan mustaka gada bersulur (motif daun
kluwih sangat nyata) yang berwarna hijau. Adapun masjid di Babadan Baru yang juga berstatus pathok negara setelah terjadi perpindahan menggunakan nama Masjid Sultan Agung. Pada tahun 1993 akhirnya pembangunan ruang utama masjid berhasil dilakukan dengan membangun joglo dengan 4 soko guru masing-masing setinggi 7 m. Pembangunan kelengkapan masjid seperti serambi depan, gerbang masuk, serta tempat wudhu dan we dilakukan pada tahun 2001. Atas kesepakatan para tokoh
agama setempat pada tahun 2003, mustoko yang asli yang terbuat dari tanah liat tidak jadi dipasang dan diganti dengan mustoko dari kuningan. Meskipun demikian mustoko yang asli sampai sekarang masih tersimpan dengan baik di Masjid Ad-Darojat

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 12 Maret 2014 - 08:10:35