Bangunan Cagar Budaya

Masjid Gedhe Kauman


Bangunan Cagar Budaya

Masjid Gedhe Kauman

Ada

Islam

Tradisional

-

-

Panjang :- Lebar : -

Panjang : 35 m Lebar: 34 m

-

Masjid ini mulai dibangun pada 29 Mei 1773 Matau 1699 Jatau 1187 H. Nama awal masjid ini adalah Masjid Gedhe, kemudian diubah menjadi Masjid Agung. Nama ini berubah lagi menjadi Masjid Besar. Kemudian berubah lagi menjadi Masjid Raya Daerah IstimewaYogyakarta. Setelah masjid ini digunakan, ternyata jemaah yang beribadah melebihi kapasitas masjid. Karena itu pada 1775 bangunan masjid ditambah dengan sebuah serambi yang disebut Serambi Masjid Gedhe. Pembangunan ini berlangsung pada masa pemerintahan Hamengkubuwono I. Seiain digunakan untuk sholat, serambi ini juga berfungsi sebagai tempat pertemuan alim ulama, pengajian, mahkamah
untuk mengadili terdakwa dalam masalah keagamaaan, pernikahan, perceraian dan pembagian waris. Hari-hari besar Islam juga selalu dirayakan dengan menggunakan serambi ini.

 

Masjid ini mulai dibangun pada 29 Mei 1773 Matau 1699 Jatau 1187 H. Nama awal masjid ini adalah Masjid Gedhe, kemudian diubah menjadi Masjid Agung. Nama ini berubah lagi menjadi Masjid Besar. Kemudian berubah lagi menjadi Masjid Raya Daerah IstimewaYogyakarta. Setelah masjid ini digunakan, ternyata jemaah yang beribadah melebihi kapasitas masjid. Karena itu pada 1775 bangunan masjid ditambah dengan sebuah serambi yang disebut Serambi Masjid Gedhe. Pembangunan ini berlangsung pada masa pemerintahan Hamengkubuwono I. Seiain digunakan untuk sholat, serambi ini juga berfungsi sebagai tempat pertemuan alim ulama, pengajian, mahkamah untuk mengadili terdakwa dalam masalah keagamaaan, pernikahan, perceraian dan pembagian waris. Hari-hari besar Islam juga selalu dirayakan dengan menggunakan serambi ini.

Setelah puluhan tahun tanpa pintu gerbang, akhirnya tahun 1840, saat pemerintahan Hamengkubuwono V, di masjid ini dibangun pintu gerbang yang disebut Gapuro yang berasal dari bahasa Arab "ghofuro" yang bermakna ampunan dosa.

Pada tahun 1862 dimulai pemugaran sirap dan selesai pada tahun 1863. Pada tahun 1867, Yogyakarta dilanda gempa bumi yang mengakibatkan runtuhnya Serambi Masjid Gedhe. Bukan hanya itu, regol masjid Gedhe juga ikut runtuh. Setahun kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono VI membangun serambi baru. Luas serambi yang baru ini dua kali lebih luas dari sebelumnya.
Pada tahun berikutnya, tepatnya 1869, regol masjid kembali dibangun.  Pada tahun 1917 dibangun gedung Pajagan atau tempat penjaga keamanan yang terletak di kanan kiri gapura masjid.

Pada tahun 1933 atas prakarsa Sri Sultan HB VII lantai serambi masjid diganti dengan tegel kembang yang indah, yang sebelumnya terbuat dari batu kali. Atap masjid juga diganti dari sirap dengan seng wiron lebih tebal dan kuat. Tahap berikutnya, tahun 1936, Sri Sultan HB VIII mengganti lantai dasar masjid dengan marmer dari Italia

Penetapan Cagar Budaya
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

Ditetapkan

-

SK. Kadinas No. 188/135/SK-DINAS/2014; SK Walikota No. 798/KEP/2009

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Penghargaan Cagar Budaya
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

General
Pemilik dan Pengelola

Masyarakat

Takmir Masjid

Yogyakarta

Gondomanan

(tidak diinput)

-

-

-

Dusun Kauman Jalan -

Lokasi

Yogyakarta

Gondomanan

(tidak diinput)

Jalan Kauman Jalan -

Penelitian yang Pernah Dilakukan

-

-

-

-

Kondisi Bangunan
Arsitektur

Rusak

-

Struktur

Rusak

-

Keterawatan

Rusak

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Koordinat: -7.808007.110.357861

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 14 Desember 2019 - 14:37:08