Monumen Sejarah

Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara


Monumen Sejarah

Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara

Ada

-

Bantul

Sewon

Bangunharjo

Dusun Ngoto Jalan

Pengelola

AURI

-

Bantul

Banguntapan

Banguntapan

Dusun Jalan

Deskripsi

1-3-1

Baik

-

Pesawat Dakota yang jatuh di dekat Dukuh Ngoto, tiga km selatan kota Yogyakarta ini selain membawa obat-obatan bantuan dari Malaya (Malaysia) juga membawa penumpang yang terdiri dari Komodor Muda Udara (Kolonel) Agustinus Adisustjipto, Komodor Udara Muda (Kolonel) Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Opser Muda Udara I (Lettu) Adisumarmo Wiryokusumo, pilot Alexander Noel (Australia), co pilot Roy Hazelhurst (Inggeris), juru mesin Bhidaram, Zainal Arifin (Konsol Dagang RI di Malaya) dan Ny. Noel Constantine. Semua penumpang tersebut meninggal dunia, kecuali seorang penumpang yang selamat bernama A. Gani Handoyotjokro. Nama-nama mereka yang menjadi korban jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA karena diserang pesawat tempur Belanda tersebut diabadikan pada salah satu sisi Tugu Monumen Perjuangan TNI AU (Monumen Ngoto) tersebut.

Peristiwa jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA merupakan rangkayan dari peristiwa Agresi Militer Belanda terhadap wilayah Negara Republik Indonesia yang pada waktu beribu kota di Yogyakarta, yakni setelah penandatangan Persetuan Linggar jati tanggal 25 Maret 1947, dimana Belanda hanya mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia hanya terdiri atas Jawa, Madura dan Sumatera. Sedangkan daerah-daerah lainnya akan dibentuk negara-negara bagian yang masuk dalam Negara Indonesia Serikat. Bahkan sesudah itu Belanda mendaratkan militer besar-besaran, tanggal 21 Juli 1947 melakukan Agresi Militer terhadap wilayah Negara RI tanpa memperdulikan Persetujuan Linggarjati, sehingga wilayah RI dalam waktu singkat hanya tinggal sebagian Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam penyerangan yang dilakukan tentara Belanda tanggal 21, kemudian juga tanggal 25 dan 27 Juli 1947 dalam Agresi Militer Belanda tersebut, hampir seluruh Pangkalan Udara RI menjadi sasaran penyerangan, termasuk Pangkalan Udara Magowo yang diketahui sebagai pusat kekuatan udara RI waktu itu. Namun karena Pangkalan Udara Magowo yang waktu penyerangan Belanda pagi itu tertutup kabut tebal maka luput dari serangan, sehingga puluhan pesawat yang menjadi modal untuk melatih calon-calon penerbang dapat diselamatkan.

Sebagai balasan atas serangan-serangan pesawat Belanda tersebut, maka Kepala Staf Angkatan Udara Suryadi Suryadarma waktu itu memerintahkan untuk menyerang tangsi-tangsi Belanda yang ada di Salatiga dan Semarang. Penyusun rencana operasi adalah Komodor Udara (Kolonel) Halim Perdana Kusuma, sedangkan pelaksana penyerangan dilakukan oleh empat kadet Sekolah Penerbang AURI, yakni Mulyono, Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit, dan Bambang Saptoadji. Empat pesawat yang disiapkan adalah dua buah Curen, satu Hayabusha, dan satu Guntei. Namun pada hari keberangkatan Hayabusha yang akan diterbangkan Bambang Saptoadji rusak, sehingga ia tidak ikut melaksanakan misi tersebut.

Peristiwa serangan balasan yang ditujukan ke tangsi-tangsi Belanda tersebut dilakukan pada Selasa dinihari, tanggal 29 Juli 1947. Tepat pukul 03.45 WIB tiga pesawat lepas landas dari Pangkalan Udara Magowo. Kadet Mulyono didampingi penembak udara Durachman menggunakan pesawat Guntei, melakukan lepas landas yang pertama. Di belakangnya dua pesawat Curen menyusul lepas landas. Kadet Sutardjo Sigit didampingi penembak udara Sutarjo, dan Kadet Suharnoko Harbani didampingi penembak udara Kaput. Kadet Mulyono bertugas menyerang pelabuhan laut Semarang, sementara Kadet Sutardjo Sigit dan Kadet Suharnoko Harbani menyerang Salatiga.

Kadet Sutardjo Sigit dan Kadet Mulyono berhasil melakukan operasi udara sesuai dengan rencana. Sedangkan Kadet Suharnoko Harbani, karena kegelapan pagi kehilangan pesawat yang dikemudikan Kadet Sutardjo Sigit yang menjadi leader-nya. Sehingga ia memutuskan untuk terbang ke Salatiga ia menyusuri lereng timur Gunung Merapi. Namun dari ketinggian terbang ia kemudian melihat lampu kota Ambarawa. Ia kemudian mengarahkan pesawat ke arah timur kota tersebut, di mana tangsi Belanda dibangun. Pagi itu serangan udara dilakukan oleh para kadet tersebut. Dua bom seberat 50 kg dijatuhkan, sehingga tampak asap mengepul. Setelah itu pesawat udara Curen kembali ke Pangkalan Udara Magowo melalui rute pertama, dan tiba paling awal. Kemudian disusul pesawat udara yang dikemudikan Kadet Sutardjo dan Kadet Mulyono.

Sementara itu pada hari yang sama tanggal 29 Juli 1947 juga sebuah pesawat terbang Dakota VT-CLA pukul 1.00 siang waktu setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura dengan membawa sumbangan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia. Ketika mendekati Pangkalan Udara Magowo saat roda-roda pesawat mulai keluar, pesawat Dakota VT- CLA membuat satu kali putara untuk persiapan mendarat, tetapi tiba-tiba muncul dua buah pesawat pemburu Kittyhawk Belanda dan melakukan penembakan dengan gencar. Dakuta VT-CLA kemudian terbang ke arah selatan dalam keadaan terbakar dan jatuh di Jatingarang dekat Dusun Ngoto, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Seperti disebutkan di atas bahwa peristiwa itu menewaskan 8 orang penumpangnya, yang 2 orang di antaranya makamnya terdapat di areal Monumen Ngoto, yang sekarang disebut Monumen Perjuangan TNI AU.

berupa sebuah bangunan tugu setinggi 7 m yang terbuat dari bahan semen cor dengan batang tubuh bersegi enam kerucut. Bangunan ini di topang lapik segi empat bersusun dua mengecil. Pada puncak tugu terdapat patung burung garuda setinggi 1,5 m yang sedang merentangkan sayapnya terbuat dari bahan tembaga. Tugu Monumen Perjuangan TNI AU ini berada dalam areal tanah yang berpagar terali besi. Pada bagian belakang tugu terdapat dinding yang berelief tentang rangkaian peristiwa sejarah Hari Bakti TNI AU tanggal 29 Juli 1947.

 

Monumen yang dibangun untuk mengenang perjuangan Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Juli 1947, penerbang muda Agustinus Adisutjipto, didampingi penembak udara masing-masing siap melakukan tugas penyerangan ke Markas Belanda di Semarang, Ambarawa,Salatiga dengan menggunakan pesawat peninggalan Jepang. Setelah diperbaiki selama sehari penuh,pesawat rusak itu langsung diberangkatkan tanpa melalui uji terbang terlebih dahulu,meskipun konon tanpa dilengkapi lampu penerangan dan radio komunikasi.  Penyerangan dengan tiga pesawat itu berhasil gemilang dan mampu memberikan efek psikologis terhadap tentara Belanda. Dunia internasional juga mencatat bahwa RI masih ada. Akan tetapi sore harinya, pesawat Dakota VT-CLA milik seorang India yang membawa sumbangan obat-obatan untuk PMI dari Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh dua pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk milik Belanda. Pesawat itu jatuh di Dusun Ngoto,Desa Bangunharjo,Kec. Sewon,Kab. Bantul. Beberapa awak pesawat dan penumpangnya gugur termasuk Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto, Komodor Udara Prof.Dr.Abdurrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo Wirjokusumo. Hanya Abdulgani Handonotjokro yang selamat.

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

-

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 29 Juli 2015 - 09:19:49