Jenis Permainan Rakyat / Tradisional

Jeg-jegan


General

Jeg-jegan

-

tidak membutuhkan perlengkapan

Langkah awal pemain menetukan anggota kelompok dengan cara undian dengan jumlah pemain 5 anak per kelompoknya. Misalkan saja kelompok pertama anggotanya A,B,C,D,E dan kelompok kedua F,G,H,I,J. Selanjutnya mereka membuat lingkaran di tanah dengan diameter 2 meter. di titik pusat dibuat sebuah lubang kecil, lingkaran dan lubang tersebut disebut pangkalan (ngejegan). Setelah itu dibuat lubang kecil dan lingkaran srupa dengan jarak 6-7 meter dari lubang pertama. Disamping kanan agak ke depan dari ngejegan tadi dibuat lubang yang agak kecil dengan fungsi untuk menempatkan tawanan. Mereka menentukan batas wilayah permainan misalnya hanya seluas halaman rumah tempat bermain. sedangkan apabila tempat bermain ada di lapangan maka dibuatlah batas-batas segi empat yang terbuat dari kayu atau bambu di masing-masing sudutnya. Ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para pemainnya. Aturan -aturannya yaitu: a) Seorang pemain dari setiap kelompok hanya dapat mengejar seorang anggota kelompok lawan. b) Kalau seorang dikejar oleh lawan dan belum tertangkap maka dapat kembali ke ngejegan dan dari sana dia dapat mengejar seorang lawan lain. c) Begitu pula bila seseorang belum dapat menamgkap lawan dia harus kembali dulu ke ngejegan dan kemudian baru bisa mengejar seorang lawan lainnya. d) Peserta yang di ngejegan menjadi kebal tidak dapat dimatikan. e) Prinsip dasar dari permainan ini seorang pemain hanya dapat dikejar atau mengejar seorang pemain lawan. f) Apabila seseoranng ditangkap oleh lawam maka pemain tersebut menjadi mati dan harus masuk ke dalam penjara sebagai tawanan. g) Seorang yang berstatus mati dalam penjara dapat hidup kembali apabila tangannya disentuh oleh seorang pemain. h)Sesudah seorang pemain dibebaskan dan hidup kembali maka dia harus pulang ke ngejegannya baru kemudian berhak kembali mengejar. i) Bila ngejegan sampai kosong (tidak ada seorang pemain pun yang menjaga)maka ngejegan tersebut dapat diduduki oleh seorang lawan. Bila ini terjadi maka kelompok tersebut kalah.Bila kelompok pertama yang menang dalam undian maka A keluar dari ngejegan untuk memancing agar dikejar oleh kelompok II (misal F). Bila F dapat mengejar A dan dapat menyentunya atau menyenggol, maka A mati dan ditawan di penjara II. Bila A tidak dapat tertangkap oleh F maka A dapat kembali ke ngejegannya. sendiri (I). Jadi, A sebagai orang pertama belum boleh mengejar lawan, baru sesudah masuk ke ngejegannya, maka berhak keluar dari ngejegannya untuk mengejar seorang lawan. Sementara itu, F yang sudah mengejar A boleh dikejar oleh b. Jika F tidak dapat menangkap A maka dia harus segera kembali ke ngejegannya sendiri.Sementara B mengejar F, B dapat dikejar G. Demikian silih berganti setiap peserta hanya dapat mengejar seorang lawan, dan hanya dapat dikejar oleh seorang lawan juga. Untuk mudahnya akan dijelaskan sebagai berikut. Jika A yang mulai lari terlebih dahulu dan kemudian dikejar oleh F maka F dikejar oleh B, B dikejar oleh G, G dikejar oleh C, C dikejar oleh H, H dikejar oleh D, D dikejar oleh I, I dikejar oleh E, dan E dikejar oleh J. Ketika dalam kejar mengejar tersebut ngejegan dalam keadaan kosong tanpa penunggu, maka seorang pemain lawan dapat menduduki atau ngejegi. Kalau ini terjadi maka kelompok yang memiliki ngejegan yang diduduki tadi mati berarti kalah. Perlu diketahui bahwa urutan A dikejar F, f dikejar B, dan seterusnya tersebut tidaklah mutlak. Artinnya, boleh tidak urut yang penting seorang pemain hanya boleh dikejar atau mengejar oleh seorang pemain lawan. Bila salah satu kelompok tinggal 2 orang pemain misal A dan B dan kelompok lain tinggal 1 orang pemain misal J, maka 2 orang pemain menyerang yang seorang. J diperbolehkan mengejar seorang dari A dan B. Apabila J keluar dari ngejegan dan mengejar A maka B dapat berganti mengejar J. Dapat juga bila J keluar dari ngejegan maka seorang dari A atau B dapat menduduki ngejegan 2 dan kalahlah kelompok 2 tersebut. Setelah selesai maka permainan dapat diulang kembali.

Penetapan WBTB
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

No. Registrasi : 20102010000201
Nama Karya Budaya : Jeg-jegan
Provinsi : DI Yogyakarta
Domain : Tradisi dan Ekspresi Lisan
Kategori : Permainan Tradisional

 

Jeg-jegan berasal dari karta kerja aktif ?ngejegi? yang berarti menduduki, sehingga terdapat dalam peperangan, kalau musuhnya mundur maka daerah musuh tersebut lalu ?dijegi? (diduduki) oleh pihak yang menang. Ada juga menyebutkan Istilah jeg-jegan berasal dari kata jeg yang artinya menduduki. Jadi jeg-jegan adalah suatu permainan, di mana pemain yang kalah harus meninggalkan tempat markasnya dan harus berpindah ke markas lain setelah diduduki oleh pemain lawan. Demikian pula dengan istilah betengan yang sering dipakai di tempat lain. Betengan berasal dari kata beteng. Beteng adalah satu tempat yang biasanya menjadi pertahanan suatu pasukan. Jika suatu kelompok pasukan kalah maka ia harus meninggalkan betengnya. Menurut Bapak Soekirman permainan ini bersifat menirukan orang perang dan telah berumur lama sekali. Permainan ini tumbuh dimana-mana terutama di daerah pedesaan khususnya di Kabupaten Sleman (DIY). Pada awalnya permainan ini dilakukan anak-anak laki-laki tapi dengan mengikuti perkembangan dilakukan oleh laki maupun perempuan Permainan Jeg-jegan dilakukan oleh anak-anak terutama di pedesaan DIY. Permainan ini dilakukan di halaman rumah baik pada siang, sore, maupun malam hari pada saat bulan purnama. Permainan ini bersifat kompotitif dan rekreatif yang merupakan initasi (menirukan) dari suatu peperangan. Peperangan manusia sudah ada sejak dahulu. Permainan dilakukan oleh kelompok minimal masing-masing 3 orang. Dalam permainan tersebut dibutuhkan 2 buah lubang kecil di tanah kemudian di sekelilingnya itu dibuat garis lingkar dengan radius 1 m dari lubang ini sebagian titik pusat, lubang dan lingkaran itu disebut ?ngejegan? (pangkalan) dan kedua ?ngejegan? itu berjarak 5-7 m. Kemudian pada ngejegan itu sudah di buat lingkaran yang kecil yang letaknya disebelah kanan agak serong ke depan dan ngejegan yang berfungsi sebagai tempat tawanan. Kecuali itu mereka juga menentukan batas arena permainan Untuk permainan anak yang satu ini lebih sering dimainkan oleh anak laki-laki daripada anak perempuan. Namun begitu, kadang pula dimainkan oleh anak perempuan saja atau campuran, yakni anak laki-laki dan perempuan. Permainan jeg-jegan membutuhkan kecepatan berlari dan kekuatan fisik, sehingga lebih banyak dimainkan oleh anak laki-laki daripada perempuan. Di tempat lain, permainan ini juga disebut betengan, karena memang memerlukan tempat bersinggah atau markas bagi kedua kubu pemain. Permainan jeg-jegan atau betengan sering dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan, misalnya regu I (anggota A,B,C,D,E) berhadapan dengan regu II (anggota F,G,H,I, dan J). Setiap regu atau kelompok idealnya dimainkan lebih dari 4 orang agar permainan bisa berjalan seru. Namun bisa juga dimainkan kurang dari 4 orang untuk setiap regu. Masing-masing regu diwakili oleh seorang anggotanya, sebelum bermain melakukan ?sut? untuk menentukan kalah menang. Misalkan, regu I kalah dan regu II menang. Selain itu keduanya juga harus menentukan markas, bisa berujud pohon, tiang, dan sebagainya. Sebisa mungkin, kedua markas itu berjarak sekitar 10-20 meter. Selain itu juga sudah harus ditentukan tempat penjara (berupa garis melingkar) yang biasanya dibuat sejajar dengan masing-masing beteng yang jaraknya sekitar 3-5 meter. Bagi regu yang kalah biasanya harus memancing diri untuk keluar dari markas/beteng, yang sebelumnya harus memegang beteng. Pemain kalah, misalnya A, yang keluar dari markas. Maka ia bisa dikejar oleh pemain lawan, misalnya F. Sebelumnya, pemain F juga harus sudah memegang beteng. Jika pemain A tadi bisa terkejar dan tertangkap pemain F, maka pemain A harus menjadi tahanan regu II. Ia harus dipenjara di tempat yang sudah disediakan di dekat beteng regu II dengan cara berdiri. Anggota regu I, misalkan B, berusaha untuk membantu meloloskan temannya yang tertangkap. Sebelumnya pemain B juga sudah harus memegang beteng. Saat akan meloloskan A, ia juga bisa menangkap pemain F yang belum kembali ke markas. Begitu seterusnya saling mengejar dan meloloskan kawan yang tertangkap lawan. Setiap pemain yang telah kembali ke markasnya dianggap lebih kuat daripada pemain lawan yang tidak kembali ke markasnya. Bisa jadi saat berkejar-kejaran, anggota regu I ada yang menyelinap dan memegang beteng lawan. Maka regu I dianggap menang. Tetapi saat ia akan memegang beteng lawan, keburu ditangkap regu II, maka ia juga ikut tertangkap dan menjadi tahanan. Begitulah seterusnya, regu yang pertama kali dapat menduduki atau memegang beteng lawan dianggap menjadi pemenang. Jika regu I dapat menduduki markas lawan, maka regunya mendapat nilai 1. Permainan bisa diulangi kembali seperti semula. Tentu permainan ini membutuhkan sportivitas dari setiap pemain. Jika ada yang bermain curang, tentu ia akan selalu diancam oleh teman lainnya dan tidak akan dipercaya lagi untuk ikut bermain. Selain itu permainan ini juga membutuhkan kerjasama yang baik di antara anggota dalam satu tim atau regu. Setiap pemain harus bisa mengetahui posisinya sebagai penunggu markas atau pecundang. Tidak boleh saling egois. Jika larinya tidak bisa kencang, maka lebih baik berposisi penunggu markas. Begitulah permainan ini yang masih sering dimainkan oleh anak-anak di masyarakat Jawa di era tahun 1980-an. Tentu berbeda dengan situasi sekarang.

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 19 Februari 2018 - 09:31:31