Tokoh Seniman / Budayawan

Ki Branjang Pamadi


General

Ki Branjang Pamadi

Magelang

02 November 2004

Seni Pertunjukan

Hidup

-

Alamat

Bantul

Banguntapan

Banguntapan

0819 0428 2808

-

-

Dusun Gedong Kuning, Gg. Merpati 109 RT 04/33 Jalan -

Keterangan Lain

-

Dalang

Tingkat Provinsi dan Nasional

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Adalah dalang cilik Yogyakarta, kelahiran Magelang, 2 November 2004. Orang tuanya adalah Dandun Hadi Winoto dan Titik Samiarsih. Belajar mendalang di Sanggar Sumunar.  Branjang memang sejak lahir hidup dalam suasana dalang dan wayang. Bapak dan kakeknya, Mas Penewu Cermo Sutejo, yang tidak lain juga merupakan salah satu dalang sepuh Yogyakarta. Ibunya juga seorang dalang, bernama Titik Samiarsih. Pada Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional 2015, Branjang baru turut serta untuk pertama kalinya. Meski begitu berbagai prestasi hasil kejuaraan dan lomba dalang bocah tingkat kota dan provinsi pernah diraih; sebagian besar menyabet gelar pertama. Ia mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu kelas 3 SD anak ini sudah pernah tampil selama 3 jam pakeliran, sudah ditanggap orang. Ada keunikan pada dalang bocah Branjang. Jika banyak dalang memilih tokoh wayang idolanya adalah tokoh utama atau tokoh yang membawakan misi kebenaran dan kebaikan (protagonis), lain dengan Branjang. Ia memilih tokoh lawan (antagonis) sebagai idolanya seperti buto (raksasa), cakil, para raja lalim seperti Prabu Kangsa dan yang lainnya. “Sejak awal saya memperhatikan watak dan karakter Branjang. Ketika memainkan tokoh-tokoh antagonis dia begitu menjiwai dan pas. Meskipun dengan tokoh-tokoh lain tetap bisa,” kata Dandun Hadi Witono. Beberapa lakon pagelaran yang sudah dihapal baik oleh Branjang adalah: Kangsa Adu Jago, Petruk Dadi Ratu, Mustakaweni Maling, Senggono Cipto, Brojomusti Mbalelo, dan Gatotkaca Lahir. Sedangkan lakon favorit yang dibawakannya adalah Kangsa Lena atau Kangsa Adu Jago. Kisah ini menceritakan tentang seorang Raja Sengkapura, Prabu Kangsa yang merasa gundah dan resah karena memikirkan putra-putri Prabu Basudewa yaitu Kakrasana, Narayana, dan Lara Ireng. Ketiga putra Mandura itu dianggap sebagai musuh yang membahayakan dan harus dibunuh. Lakon Petruk Dadi Ratu adalah sebuah satir yang cukup jenaka. Itulah cara bijak leluhur kita dalam mengkritisi seorang “raja” atau pemimpin, dengan cara mbodoni (seolah-olah bodoh), dan lelucon konyol, agar yang dikritik tidak marah dan menghukum. Ibarat kecekel iwake, ora buthek banyune (ikannya ketangkap, tetapi airnya tidak keruh). Jangan adigang-adigung-adiguna (mengandalkan kekuasaan, kedudukan, dan kepandaian) ketika menjadi pemimpin, karena akan tiba waktu jabatan itu diambil kembali oleh Hyang EmpuNya Jabatan. Seperti Petruk, sosok gedibal pitulikur yang berhasil menjadi raja, dan kembali menjadi rakyat kecil. Dari kawula kembali menjadi kawula.

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 13 Desember 2019 - 17:51:02