Tokoh Seniman / Budayawan

Basukesthi Sasroamiseno


General

Basukesthi Sasroamiseno

Kulonprogo

21 April 1944

Seni Pertunjukan

Hidup

-

Alamat

Kulonprogo

Panjatan

Panjatan

-

-

-

Dusun Dukuh II RT 06 RW 03 Jalan -

Keterangan Lain

-

Dalang

Tingkat Provinsi dan Nasional

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Basukesthi Sasroamiseno adalah seorang seniman pedalangan yang lahir di Kulon Progo, 21 April 1944. Selain wayang, dia juga menekuni bidang seni ketoprak. Aktivitasnya di bidang seni terpacu berkat terkondisi lingkungan keluarga yakni orang tuanya, RM Sasroamiseno dan Sugirah yang juga dikenal sebagai
 pemerhati pedalangan. Selebihnya, pengetahuan di bidang pedalangan dia peroleh secara otodidak khususnya dari sering menonton pentas wayang. Selain itu juga, ia berguru kepada Pak Gito dan Gondo Semar. Kedua tokoh inilah yang paling dominan dalam mewariskan pengetahuannya di bidang pewayangan sehingga ia menjadi menguasai ragam gaya dalam pengembangan kesenian wayang. Basukesthi menekuni pedalangan dengan motivasi untuk mengembangkan budaya Timur sebagai pondasi pengembangan karakter bangsa Indonesia yang sudah hampir kehilangan jati diri. Basukesthi menyadari melalui wayang yang sudah dikenal secara internasional dan diakui UNESCO mampu memberikan nilai-nilai pembangunan karakter yang memadai. Acuan mengenai nilai tanggung jawab, toleransi, kejujuran, dan lain sebagainya semuanya tertampung dalam cerita wayang. Menyadari bahwa melalui wayang bisa sebagai jalan edukasi publik, maka ia juga banyak bergiat sebagai pelatih dan fasilitator para dalang muda potensial di berbagai daerah. Melalui forum pedalangan inilah ia selalu menanamkan pentingnya pengembangan dunia wayang dan pedalangan dengan beragam gaya dan inovasi. Terlebih lagi di era dunia digital maka wayang dituntut juga harus menyelaraskan dengan kondisi zaman. Wayang mestinya memang hadir tidak hanya dalam bentuk yang konvensional namun kini tantangannya memang juga pada ruang dan waktu. Bagaimana mengatasi fleksibilitas pertunjukan sehingga semua kalangan melalui beragam media dapat menikmati wayang dengan nyaman. Dari mulai generasi para orang tua yang identik dengan dunia wayang konvensional hingga generasi milenial yang dihadapkan dengan hal praktis untuk dapat menikmati wayang secara praktis. Melalui ponsel, melalui “sebuah dunia yang dilipat.” Dia menekuni bidang ini sejak tahun 1977 dan belum pernah berubah pikiran sama sekali hingga hari tuanya.

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 13 Desember 2019 - 17:42:20