Tokoh Seniman / Budayawan

Ki Basirun Hadisumarta (Ki Cerma Gupita)


General

Ki Basirun Hadisumarta (Ki Cerma Gupita)

Yogyakarta

25 Februari 1925

Seni Pertunjukan

Hidup

-

Alamat

Yogyakarta

Jetis

Cokrodiningratan

(0274) 518349

-

-

Dusun Cokrodiningratan JT II/78 RT 11 RW III Jalan -

Keterangan Lain

-

Masinis

Tingkat Provinsi dan Nasional

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Ki Basirun Hadisumarta alias Ki Cerma Gupita lahir di Yogyakarta, 25 Februari 1925. Ayahnya Ki Martorejo dan ibu Nyi Sapar. Ia menempuh pendidikan SLTP BO (1948–1950). Menjadi seniman dalang wayang kulit serta tari dan karawitan (1948-1950). Kebetulan kakeknya adalah seorang dalang. Dari kakeknya ia menguasai dan terampil dalam olah seni pedalangan. Pengetahuan lebih jauh tentang seni pedalangan diperolehnya lewat kursus di Habiranda, sekolah dalang milik Keraton Yogyakarta. Ia tercatat lulus dari Habiranda tahun 1952. Karier seni dimulai semasa usianya 13 tahun, pada saat Sekolah Rakyat Sampoerna, tempat ia mengenyam  pendidikan dasarnya sedang menyelenggarakan acara perpisahan dan tutup tahun. Di sanalah ia menunjukan kemampuannya memainkan anak-anak wayang kepada publik. Selanjutnya ia dikenal memiliki kelebihan dalam soal sabet, yaitu terampil dalam solah gerak wayang. Selain kepiawaiannya memainkan wayang, Ki Basirun juga gemar menari, tatah sungging wayang. Umumnya hasil tatah sunggingnya untuk koleksi pribadi. Sebagai dalang, ia tidak saja mementaskan wayang di kotanya Yogyakarta, tapi juga kota-kota lain seperti Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Rembang, Magelang, Cilacap, dan lain-lain. Misinya dalam mendalang  adalah berusaha agar pakeliran yang disajikan berbobot, mewujudkan kesenian yang tinggi nilainya dan benarbenar karya seni yang adiluhung. Mendalang tidak hanya  untuk keperluan upacara perkawinan, bersih desa, tetapi juga untuk upacara ruwatan serta menjamu pariwisata. Ki Basirun juga merupakan seorang penulis. Ia telah menerbitkan Kamus Kawi Jawa Khusus untuk Siswa (1970), Buku Teori Cepengan Sabetan Wayang Kulit (1980), dan Pakem Pedalangan Yogyakarta Jilid I ( 1977). Dikenal sebagai pembina seni pedalangan sekaligus pelaku seni pedalangan itu sendiri. Kegemarannya membuat dan memainkan wayang sudah tampak sejak kecil baik belajar sendiri  maupun lewat kursus. Selain memberi pelajaran di almamaternya, Ki Basirun juga dipercaya mengajar seni pedalangan di SMKI. Sekalipun bergelut dengan kesenian, orang mungkin tidak mengira bahwa ia sebenarnya pernah bekerja di PJKA sebagai seorang masinis. Bersama istrinya Chotijah, Ki Basirun Cermo Gupito dikaruniai 6 anak laki-laki dan 3 perempuan.

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 13 Desember 2019 - 17:39:11