Tokoh Seniman / Budayawan

H. Wasiludin


General

H. Wasiludin

-

14 Juni 1951

Pemangku Adat Pemuka Agama dalam Masyarakat

Hidup

-

Alamat

Kulonprogo

Temon

Kaligintung

-

-

-

Dusun - Jalan Girigondo RT 012 RW 004

Keterangan Lain

SD s/d SLTA Sarjana Hukum 

Juru Kunci Hastana Girigondo generasi ke IV di Keraton Kadipaten Puro Pakualaman

Tingkat Kabupaten

-

Beliau merupakan anak dari pasangan Ibu Hj. Alfiyah dan Ayahanda K.H. Mas Bekel Ahmad Sajadi yang juga seorang Juru Kunci Makam “Gunung Keling”.Ayahnya yang seorang Petani dan Abdi Dalem Pakualaman, mendidik Wasil kecil membantu Ayahnya di sawah.Pada sore hari setelah Magrib, sudah menjadi ritme Wasil Kecil untuk “setor” gaji ke Ayahanda.Wasil juga diasuh oleh Kakeknya K.H. Abdullah Irsyad serta kedua Pamannya yakni H. Idris dan Kyai Hisyam.

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

HM Wasiludin, Pemangku Adat

Pemuka Agama dalam Masyarakat

 

 “Agama Islam adalah tuntunan suci dari Allah SWT yang akan diimplementasikan di tengah-tengaah masyarakat, Islam bukan adat bukan budaya, tetapi Islam tidak anti budaya tidak anti adat istiadat, dan orang hidup tidak bisa dipisahkan dari agama dan budaya”

H. Wasiludin

Girigondo, Rt 012/Rw 004, Kaliginting, Temon, Kulonprogo

 

Drs. H.M. Wasiludin atau juga disebut Drs.H. Mas Riya Reksowinoto lahir pada Ahad Pon 14 Juni 1951.Beliau merupakan anak dari pasangan Ibu Hj. Alfiyah dan Ayahanda K.H. Mas Bekel Ahmad Sajadi yang juga seorang Juru Kunci Makam “Gunung Keling”.Ayahnya yang seorang Petani dan Abdi Dalem Pakualaman, mendidik Wasil kecil membantu Ayahnya di sawah.Pada sore hari setelah Magrib, sudah menjadi ritme Wasil Kecil untuk “setor” gaji ke Ayahanda.Wasil juga diasuh oleh Kakeknya K.H. Abdullah Irsyad serta kedua Pamannya yakni H. Idris dan Kyai Hisyam.

Wasil sejak duduk di bangku SD s/d SLTA sudah terbiasa mendampingi Ayahanda Sajadi melaksanakan tugas Juru Kunci.Wasil kecil selalu mengamati detail, memahami, serta menghayati tugas-tugas ayahnya.Sosok Wasil menginjak remaja, dibesarkan di dusun “Gunung Keling” Girigondo, Desa Kaligintung, Kecamatan Temon.Wasil mulai membaur dengan masyarakat.Dia dibekali oleh ayahnya “ngaji” agama Islam, dan di sekolahkan di sekolah madrasah sehingga Wasil Muda sudah terbiasa memimpin remaja masjid dan beberapa kegiatan keagamaan lainnya. Wasil juga dibekali dengan wawasan tentang adat istiadat Jawa, simbol-simbol Jawa, tradisi-tradisi mataram Islam sehingga Wasil muda “terpola” mulai dapat mengambil hikmah dari adat istiadat Jawa untuk dapat diterapkan dalam hidup bermasyarakat.

Wasiludin telah menjadi sosok muda yang telah menamatkan jenjang PGA 6 tahun. Dengan minat yang kuat Wasiludin hijrah ke kota Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Universitas Cokroaminoto. Sesuai minat dia mengambil Fakultas Syariah (Hukum) dan untuk mendalami ilmu agama Islam Wasil masuk Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.

Di lingkungan mahasiswa inilah Wasil makin matang dalam menerangkan ilmu agama dan ilmu budaya yang diperoleh dari ayahandanya. Alhasil di lingkungan kampus Universitas Cokroaminoto, Wasil menjadi sosok muda yang disegani , mudah bergaul (komunikatif) dan mau mendengarkan kawannya (akomodatif). Wasil mulai membentuk paguyuban/kelompok di lingkungan kampus, kelompok Yasinan Dzikir Tahlil, Paguyuban Macapat, Kelompok Klonengan.Semakin cairlah sosok Wasil yang islami, namun senantiasa “cair” dengan adat istiadat, kebiasaan/budaya.

Tidak terasa Wasiludin telah mengantongi ijazah Sarjana Hukum (Drs_doktorandus), dan diterima sebagai PNS di lingkungan Pengadilan Agamma (PA). Namun di selaa-sela kesibukan sebagai PNS , Wasiludin sekalipun ditugaskan di Jakarta, dia merutinkan pulang “sowan” ayahanda di Girigondo apalagi setiap ada event Pakualaman, sehingga walaupun Wasil ada di Jakarta, masyarakat Girigondo tetap dekat di hati.

Setelah beberapa kali mendapatkan tugas Pengadilan Agama  (PA) di luar daerah, pada tahun 1982 Wasiludin diangkat sebagai Juru Kunci Astana Girigondo, melanjutkan tugas Ayahanda yang mulai masuk usia udzur. Nah mulai tahun 1982 inilah Wasiludin mulai aktif pada event Pakualaman; memandu pemakaman dan ziarah, memimpin doa labuhan, memandu/roisy haul akbar, nyadran. Upacara Pengetan Hadeging Pura Pakualam, Tingalan Dalem,dan lain-lain.

Selain aktif di lingkungan Keraton Pakualaman, Wasil Muda aktif terjun di ormas ANSOR Nahdlatul Ulama yang notabene adalah ormas yang sangat akoodatif terhadap budaya dan istiadat. Di ormas NU inilah nantinya Wasiludin menjadi tokoh dan pucuk pimpinan (Ketua Tanfidziyah) selama 2 periode, suatu prestasi yaang jarang dijumpai.

Wasiludin yang kini berusia 67 tahun, berupaya senantiasa berkiprah dan melakukan pengabdian budaya. Pada saat umur relative muda yakni 31 tahun sejak beliau ditetapkan sebagai Juru Kunci Hastana Girigondo generasi ke IV menggantikan ayahnya, Wasiludin melakukan pengabdian di Keraton Kadipaten Puro Pakualalaman :

1.      Juru kunci Kagugan Dalem Hastana Girigondo;

2.      Melaksanakan tanggung jawab ketertiban, memandu acara pemakaman raja dan keluarga; melayani para peziarah kerabat sentana Pakualaman dan khalayaak umum;

3.      Memandu acara tradisi peringatan Haul Akbar, Nyadran, dll;

4.      Memimpin Do’a dan acara Labuhan Sedekah Laut;

5.      Mengikuti Acara Rutin Upacara Pengetan Adeging Puro Pakualaman, Tinggalan Dalem, dll;

Pengabdian di masyarakat umum

1.      Menjadi pemateri/ Narasumber materi sarasehan tentang “Pemahaman Antar Agama, Budaya dan Tradisi”

2.      Aktif melakukan pembinaan kaun roisy sebagai garda depan tokoh yang melakukan pelayanan tradisi, seperti sedekah bumi, wiwit, nikahan, ngapati, mitoni hingga pada ngrukuti jenazah;

3.      Menjadi narasumber dialog silaturahmi FKUB dengan tema “Kontekstualisasi Nilai-Nilai Keislaman bagi terciptanya kehidupan masyarakat Kulonprogo yang guyup rukun”

4.      Beberapa mahasiswa berkonsultasi dalam penyusunan skripsi terkait tradisi, adat istiadat, wisata religi, dst

Pengabdian pada lembaga :

1.      Anggota Dewan Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo

2.      Anggota Paguyuban Abdi Dalem Kasultanan Puro Pakualaman

3.      Penasehat/Pembina Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (LESBUMI)

4.      Ketua Umum MUI Kulonprogo

5.      Pembina Ikatan Peraudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kulonprogo

6.      Ketua Pengurus Cabang NU Kulonprogo

7.      Aktif di karang taruna.

8.      Ketua KNPI  kecamatanTemon. ( 1985 - 1987. ).

9.      Ketua LMD bidang Kemasyarakatan Desa Kaligintung (1985 sd 1992 ).

10.  Ketua Umum GP. Ansor.Kabupaten (1980 - 1984. ).

Filosofi hidup seorang H.Wasiludin adalah :

a.       Al Muchafadhatu ‘alal qodimissholich wal akhdu bil jadidil ashlach, mempertahankan nilai-nilai budaya lama yang baik dan bersikap terbuka terhadap nilai-nilai baru yang terbukti lebih baik;

b.      Budaya itu lil Jamal (untuk keindahan); lil kamal (untuk melengkapi); lil jalal (untuk memuliakan). Dalam adat Jawa Yogyakarta kita mengenal filosofi membangun, yakni Hamemayu Hayuning Bawana; merawat/memperindah sesuatu yang telah indah yang diciptakan oleh Yang Maha Indah.

c.       Pesan Wali/Auliya’, Sunan Kalijaga dalam dakwah itu berpegang 3 mim; momong (persuasif) layaknya merawat bayi, momor (komunikatif) luas dan luwes, momot (akomodatif, aspiratif, inspiratif) menerima masukan. 

Pribadi yang terbiasa di depan tetapi tidak malu untuk jagongan dengan rakyat biasa bahkan aktif membicarakan tentang  Islam dan Toleransi, Budaya Jawa yang Adiluhung, Metodologi Dakwah Islam Walisongo Wujud Dakwah Islam Rahmatan Lil ‘Alamin beliau contohkaan dalam mengelola NU sebagai salah satu ormas besar di Indonesia.***

 

HM Umar Sanusi HP

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 10 Januari 2019 - 09:20:04