Tokoh Seniman / Budayawan

Subandi Giyanto


General

Subandi Giyanto

-

31 Desember 1950

Merawat Wayang Kulit

Hidup

-

Alamat

Bantul

Kasihan

Bangunjiwo

-

-

-

Dusun Gendeng Jalan -

Keterangan Lain

-

Pensiunan Guru SMKN 5 Yogyakarta

-

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Subandi Giyanto, Merawat Wayang

Membuka Ruang Kreasi Lintasi Zaman

 

“ya…karena wayang merupakan darah daging saya maka semua gambar saya menggunakan wayang”

Subandi Giyanto

Pensiunan Guru SMKN 5 Yogyakarta

Gendeng, Bangunjiwo, Kasiha, Bantul, D.I.Yogyakarta 55184

 

Seni tradisional sebagai sumber inspirasi tanpa tepi, benar adanya.Perupa Subandi Giyanto membuktikannya. Bandi, demikian ia biasa disapa, memang lekat dengan bentuk-bentuk seni tradisional, khususnya wayang kulit, simbol-simbol astronomi Jawa dalam bentuk wuku, dan berbagai ornamen. Tidak hanya lekat secara pengetahuan, tetapi juga dalam praktik.Ia sangat fasih menggambar berbagai sosok wayang, dan berbagai pengembangan motif dalam ornamen.

Pengetahuan dan kefasihannya terhadap dunia wayang kulit, ia gunakan sebagai dasar untuk mengembangkan karya-karya seni rupa. Tak hanya mengejar keindahan semata, tetapi juga ia gunakan untuk menyampaikan berbagai pesan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Salah satu contohnya adalah karya berupa “gambar pitutur” yang sudah dibukukan dan diterbitkan oleh UPTD Taman Budaya, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.Gambar-gambar itu berisi nasehat melalui sosok punakawan, Semar, Gareng, Petruk, Bagong, dan sosok-sosok perempuan (dalam peran sebagai isteri mereka, maupun sosok-sosok lain dalam kaitan cerita/pesan). Setiap bingkai gambar merupakan penggambaran pesan yang ingin disampaikan, misalnya; Sholat Iku Wajib, Shodakoh Iku Utama; Nyambut Gawe Iku Ibadah; Urip Iku Mung Mampir Ngombe; Urip Iku Cakra manggilingan; Melik Nggendhong Lali; Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi; Aja Dhemen Metani Alaning Liyan, dan sebagainya. Gambar-gambar dengan tulisan pesan singkat itu, dilengkapi uraian lebih rinci oleh penulis Purwadmadi.

Subandi Giyanto juga melukis sosok-sosok wayang seperti Dasamuka, atau Kumbakarna, dengan konteks kekinian, namun tetap bertumpu pada kepiawaian gambar yang detail. Kemampuannya mengolah, menggubah, dan mengaktualisasi, serta mengkontekstualisasi seni tradisional wayang kulit itulah, yang mengantarkan Subandi Giyanto pada berbagai peristiwa pameran seni rupa, antara lain di Galeri Nasional Indonesia (yang juga mengoleksi karya-karyanya), dan kota-kota lain di Indonesia.

Demikianlah kerja kreatif Subandi Giyanto dalam merawat budaya Jawa, khususnya seni tradisional wayang kulit sejak berumur 7 tahun. Merawat dengan cara membongkar, membaca, dan memberikan makna baru, yang memengaruhi bentuk dan presentasi karya-karyanya.***

Suwarno Wisetrotomo

 

Koordinat UTM: 7.837380 110.316710

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 12 Desember 2019 - 16:14:30