GAMBAR

VIDEO

Berada pada koordinat 7 815088 110 346267. Berstatus aktif.

Angger Sukisno lahir di Patuk Gunungkidul, 8 Juli 1969. Ia adalah seniman yang identik dekat dengan dunia karawitan. Intensitasnya  menggeluti seni tradisi terkondisi dari keluarganya yang memang menyenangi seni tradisi. Meskipun dari keluarga petani namun tetap tak menyurutkan minat Angger Sukisno untuk menekuni seni tradisi. Secara intens sejak 1987 ia juga menjadi pemain ketoprak yang berpindah dari desa ke desa. Kehidupan ketoprak keliling pada masa itu adalah hal yang lazim. Banyak penduduk desa yang menunggu kesenian ketoprak singgah ke kampungnya. Kesenian ketoprak pun menjadi kesenian alternatif yang benarbenar hadir sebagai hiburan. Maka, kehidupan kesenian tradisi cukup dekat dan lekat dalam perjalanan hidupnya. Meskipun secara formal menempuh pendidikan seni rupa di perguruan tinggi, namun ia tetap tak meninggalkan untuk selalu menghidupkan seni tradisi. Apalagi ia juga pernah menjadi guru sehingga sangat suka berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat. Karirnya sebagai orang yang menekuni dunia seni tradisi semakin terasah ketika ia tergabung dalam komunitas Wahyu Manunggal dan juga ketoprak RRI.   Aktualisasi kiprah seni melalui RRI inilah yang membuka kemungkinannya mendapatkan banyak tawaran pemanggungan. Ia pun termasuk MC Jawa yang unik dan khas. Ia dikenal cukup lihai menjadi MC berbahasa Jawa. Profesi MC Jawa ini adalah salah satu bentuk cerminan kesetiaan pada seni tradisi. Sebab tidak mudah menjadi seorang MC dalam bahasa Jawa yang identik sangat halus tutur bahasanya dan spesifik pilihan kosa katanya. Dibutuhkan ketelatenan untuk dapat memenuhi kriteria sebagai MC berbahasa Jawa yang baik. Angger Sukisno termasuk seniman tradisi yang multiproses. Proses kreatifnya merangkum beragam disiplin seni. Itulah yang menjadikannya matang dalam berproses kreatif. Meski akhirnya dunia seni tradisilah yang melekat sebagai jalan hidupnya. Ia tetap mempertahankan diri eksis di dunia seni tradisi. Basis pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia semakin memperkuat eksistensi kesenian tradisi yang ia bangun.