Pangeran Joyokusumo
Hidup
-
30 September 1829
-
-
-
Lokasi tidak diketahui
Lokasi tidak diketahui
Lokasi tidak diketahui
-
Dusun Jalan
Kolonial Belanda
Pahlawan Nasional
Tingkat Nasional
Berdasarkan silsilah Kraton Ngayogyakarta, Pangeran Joyokusumo atau BPH Joyokusumo I adalah putra dari Sultan Hamengkubuwono II, putra nomor 30 yang lahir dari garwoampeyan (selir) yang bernama Bendara Mas Ayu Sumarsonowati. Pangeran Joyokusumo I pergi ke luar Kraton dan kemudian dikenal dengan nama Bendara Pangeran Hangabehi dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda.
BPH Joyokusumo pada saat itu menjabat sebagai Panglima Besar merangkap pimpinan siasat perang dan penasihat di bidang kemiliteran. Kepemimpinan beliau semakin menonjol setelah pertempuran di Gowok, Surakarta. Siasat BPH Joyokusumo untuk melawan musuh dengan jumlah lebih banyak adalah dengan mengjhindari perang secara terbuka. Hal ini berbeda dengan pendapat Kyai Mojo yang menyarankan bertempur mati-matian. Pada tahun 1826 Pangeran Diponegoro mengalami kekalahan besar dengan menggunakan cara Kyai Mojo. Pangeran Diponegoro terluka parah dan menyerahkan kepemimpinan kepada BPH Joyokusumo I.
Belanda merencanakan untuk membuat Benteng di tepi sungai Progo, tetapi BPH Joyokusumo I selalu melancarkan serbuan, sehingga strategi Belanda untuk menguasai jalan raya Yogyakarta sampai Magelang yang berada disekitar sungai Progo dapat digagalkan.
Saat-saat berikutnya BPH Joyokusumo gigih melakukan penyerangan di daerah kekuasaan Belanda, sehingga BPH Joyokusumo dapat menguasai daerah sekitar sungai Bogowonto sampai Sungai Progo.
Lama kelamaan pihak Belanda mengetahui bahwa sebenarnya yang menjadi pendorong utama perlawanan Pangeran Diponegoro adalah BPH Joyokusumo I, Oleh sebab itu pihak Belanda memerintahkan untuk menangkap dan memebunuh BPH Joyokusumo I, berkaitan dengan hal tersebut maka pihak Belanda giat mendirikan Benteng-Benteng untuk mempersempit ruang gerak BPH Joyokusumo I, selain hal tersebut juga menggeser pos pertahanan.
Taktik pengurungan tersebut didengar oleh Pangeran Diponegoro, dan beliau mengutus Ali Basa Sentot Prawirodirdjo untuk mempergiat gerakan di sekitar Pengasih, sedangkan BPH Joyokusumo I ditugaskan untuk mengadakan gerakan ke Yogyakarta bagian selatan. Dalam penyerangan ini BPH Joyokusumo I mengalami luka yang sangat parah dan menyerahkan pimpinan kepada Pangeran Diponegoro kembali.
Pada awal bulan September 1829 Pangeran Diponegoro dan BPH Joyokusumo I bergabung kembali di sekitar aliran sungai Bogowonto. Perjalanan BPH Joyokusumo I akhirnya sampai di daerah Kokap, Kulon Progo. Pertempuran di Kokap inilah yang membuat BPH Joyokusumo I dan 2 orang puteranya, yaitu Raden Mas Joyo Kusumo dan Raden Mas Atmo Kusumo meninggal akibat ulah Reksodiwiryo, seorang pribumi yang bergabung dengan Belanda dan bertempur melawan pasukan BPH Joyokusumo I. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 September 1829.
Perlakuan Reksodiwiryo setelah mengalahkan BPH Joyokusumo I sangatlah tidak manusiawi dan sangat kejam. Kepala BPH Joyokusumo I dipenggal dan kemudian ditanjir, yaitu ditusuk menggunakan tombak kemudian diarak beramai ramai, hal tersebut dilakukan untuk memuaskan pihak Belanda dan antek-anteknya, juga untuk menakuti rakyat agar mereka menghentikan perlawanan terhadap Belanda.
Tubuh (jw:gembung) BPH Joyokusumo dirawat dan dimakamkan oleh abdi kinasihnya, yaitu Kyai Jalawardi. Kepala BPH Joyokusumo I yang telah dipenggal oleh Reksodiwiryo dibawa ke markas Belanda di Magelang, diserahkan langsung kepada Jenderal Marcus de Cokc dan karena dianggap berjasa, Reksodiwiryo diangkat menjadi Bupati Purworejo dengan gelar Tumenggung Cokrojoyo yang kemudian berganti nama menjadi Cokronegoro.
Kepala BPH Joyokusumo I segera dikirim ke Kraton Yogyakarta oleh Jenderal Marcus de Cokc, kemudian dari Kraton Yogyakarta, Kepala BPH Joyokusumo I dimakamkan di Banyusumurup. Peti bekas tempat kepala disimpan diatas langit-langit bangsal Proboyekso yang terdapat di tengah makam, tetapi karena bangunan tersebut runtuh pada masa pendudukan Jepang maka peti tersebut terpaksa disimpan di Masjid Banyusumurup.
Pada tahun 1977, bangunan tersebut dibangun kembali dan peti tersebut dikembalikan ke tempat semula. Tubuh BPH Joyokusumo I oleh Kyai Jolowiradi dimakamkan di atas bukit Depok yang terletak di Pedukuhan Sengir, Desa Kalirejo, Kokap, Kabupaten Kulon Progo, dan sejak itu Kyai Jolowiradi menjadi juru kuncinya sampai turun temurun.
-
Lokasi tidak diketahui
Lokasi tidak diketahui
Lokasi tidak diketahui
DusunJalan
Tidak ada gambar.
Tidak ada video.
-
Tahun Data | : | 2019 |
Terakhir Update | : | 05 Desember 2019 - 12:23:43 |