Pring Edan
Aktif
Tradisional
Tari
Jenis Lain
00 0000
Nur Suherman (08562551615)
-
Sleman
Tempel
Sumberejo
-
-
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
-
Tidak Ada
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak ada gambar.
Tidak ada video.
Pring Edan adalah kesenian rakyat dari warga masyarakat Gendol Kulon, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
>
> kesenian ini ditampilkan dalam bentuk permainan yang melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, sebelum permainan dimulaiSangPawang dan para Asisten Pawang (orang yang menguasai ilmu ghoib) memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esaagar diberi keselamatan dalam pelaksanaannya,dilanjutkan dengan upacara ritual Jamasan (pembersihan) menjilat besi membara, untuk menangkalenergi negatif, kemudianmembaca mantera dalam bahasa Jawa kawi, lalu Pengageng (ketua) Pawang memberikan ramuan minyak tertentu pada pring (bambu) berukuran panjang 3 (tiga) meter tersebut, diiringi dua orang cantrik dan empat prajurit Wiratama yang
> dibawakan oleh enam orang penari mengawal Pawang tersebut dalam upacara ritual ini.
>
>Sebatang bambu yang telah diberi japa mantera oleh Pawang kemudian diserahkan kepada beberapa orang pemain, lama-kelamaan bambu tersebut terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya terangkat dan berjatuhan ke tanah. Pelaksanaannya diiringi musik gamelan yang terdiri dari instruments :
>- 2 (dua) buah Gong. - 2(dua) buah Kempul.
>
>- 3 (tiga) buah Saron. - 1(satu) buah Kendang.
>
>Saat gamelan bertalu, didendangkanlah tembang Sholawat dan dilanjutkan Lir-ilir oleh Para waranggono, sehingga menciptakan nuansa hening.Pertunjukan Kesenian ini berdurasi -+ 20 menit dalam setiap putarannya.
>
>
>HISTORIS
>
>
>Di wilayah Tempel pengisian pring (bambu) dengan japa mantera sudah dikenal sejak zaman perang gerilya yang dipimpin oleh Sultan Ngabdul Hamid Herucakra Kabiril Mukminin Kalifatullah ing Tanah Jawi atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Diponegoro berperang melawan kolonialisasi Hindia Belanda saat itu. Para prajurit Pangeran Diponegoro memanfaatkan pring (bambu runcing) sebagai senjata perang melawan sorodadu Walondo (tentara Belanda) yang bersenjatakan persenjataan moderen seperti: meriam, bedil (senapan laras panjang), pistol, pedang dipergunakan untuk menekan dan melumpuhkan para gerilyawan yang dianggap pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai pemberontak..
>
>Para gerilyawan tak gentar sedikitpun menghadapi keangkaramurkaan dan kesewenang-wenangan kaum penjajah yang telah menginjak-injak Bumi Pertiwi tercinta, walaupun hanya bersenjatakan bambu runcing, para prajurit Pangeran Diponegoro sangat percaya bahwa senjata mereka mempunyai daya kekuatan ampuh.
>
>Para prajurit Pangeran Diponegoro dengan gagah berani berhasil memukul mundur dan banyak menewaskan serdadu Belanda di daerah Nglengkong Sumberrejo Tempel sebelah barat dusun Gendol Daerah Istimewa Yogyakarta (bisa dibaca dalam literature babad perang Diponegoro).
>
>Saat para petinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda berhasil melakukan tipu muslihat terhadap Pangeran Diponegoro dan pengikut-pengikutnya, hingga pada akhirnya dapat mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro, tetapi semangat serta jiwa patriotisme yang telah dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro tetap tidak bisa dipadamkan begitu saja oleh pemerintah kolonial Belanda.
>
>Para pendukung setia Pangeran Diponegoro dalam persembunyiannya diwilayah Tempel secara diam-diam tetap melakukan gladi kaprajuritan dan olah kanuragan serta melestarikan warisan keilmuan dari para Kyai pendamping Pangeran Diponegoro, dalam pengisian senjata bambu runcing dengan japa mantera, akan tetapi pada saat itu disamarkan dalam bentuk kesenian Pring Edan, hal ini untuk mengelabuhi pemerintah Hindia Belanda agar tidak mengetahuinya.
>
>Tapi sayang kesenian ini berangsur-angsur punah, seiring dengan perkembangan zaman, lagenda ini dituturkan oleh sesepuh di wilayah Nglengkong, Sumberrejo, Tempel, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta kepada R. Heryono Indardjito (keturunan Pangeran Teposono adik Pangeran Diponegoro yang mendukung beliau saat berperang melawan kolonial Hindia Belanda.)
>
>R. Heryono Indardjito sangat tertarik untuk Mamayuhayuning Budaya (menghidup-hidupi) dan memuliakan kembali kesenian ini, dikarenakan nilai budaya yang terkandung didalamnya sangat adiluhung dan mempunyaijiwa semangat Nasionalisme serta patriotisme, hal ini sangat dibutuhkan dalam era globalisasiseperti sekarang ini, dimana pergaulan antar budaya semakin menyatu, kita dituntut untuk mempunyai jati diri Bangsa sebagai identitas Nasional.
>
>Pada suatu ketika, saat R. Heryono Indardjito didalam semedinya berhasil melacak jejak rahasia keilmuan yang dipergunakan untuk melakukan permainan dalam bentuk kesenian Pring Edan, dipanggilah beberapa orang warga untuk mencari pohon bambu wulung, sesuai petunjuk gaib yang beliau terima. Sebelum dilakukan pemotongan bambu, terlebih dahulu warga mengadakan upacara selamatan. Usai upacara ritual, beberapa orang pemuda kemudian memegang sebatang bambu dengan diiringi musik gamelan, lalu bergeraklah bambu tersebut mengikuti alunan irama gamelan dan menari-nari, hingga menjadi suatu tontonan yang seru serta mengasyikan.
Tahun Data | : | 2019 |
Terakhir Update | : | 10 Juli 2014 - 23:45:54 |