Pelestarian Adat Istiadat Upacara Dandan Kali
-
Aktif
Upacara Adat Dandan Kali Kelola Keseimbangan Alam
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sleman
Cangkringan
Kepuhharjo
Dusun Kepuh, Manggong, Pagerjurang Jalan -
-
-
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
-
Tidak Ada
07.00 WIB
Sungai Gendol
-
-
-
-
-
-
< 1000
Masyarakat
-
Istilah Dandan Kali memang mengandung maksud sebagai usaha merawat atau memperbaiki sungai Gendol yang berhulu di Gunung Merapi, bertujuan untuk meminta hujan dan berharap tidak terjadi kemarau berkepanjangan. Lokasi upacara berada di sungai Gendol dengan harapan sungai Gendol dan sungai-sungai di sekitarnya, seperti sungai Kretek dan sungai Kebeng, tetap dialiri air dan tidak mengalami kekeringan. Hal ini karena ketersediaan air selalu menjadi permasalahan utama di kawasan 3 dusun yang berada 700 m dpl di lereng Gunung Merapi tersebut, sehingga air hujan menjadi harapan terbesar untuk kehidupan. Upacara Dandan Kali meliputi 2 aktifitas yang bersifat fisik dan non fisik. Aktifitas yang bersifat fisik yaitu memperbaiki sungai, terutama membersihkan dan memperbaiki mata air yang rusak karena tertimbun lumpur dan batu ketika musim hujan. Aktifitas yang bersifat non fisik yaitu aktifitas berdoa dengan segala tatacara dan kelengkapan upacara. Masyarakat juga menyebut upacara Dandan Kalidengan istilah Becekan. Becekan berasal dari kata becek yang berarti mengandung air atau berair yang mengisyaratkan harapan masyarakat agar wilayahnya selalu tidak akan kekurangan air.
Upacara adat Dandan Kali atau becekan direkomendasi untuk diberikan anugrah kebudayaan karena upacara adat ini mengisyaratkan pengelolaan keseimbangan alam semesta melalui jalinan relasi harmonis antara manusia dan alam sekitarnya yang sampai saat ini masih dilestarikan. UpacaraDandan Kali dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kehidupan, rejeki, serta keselamatan melalui nenek moyang atau pepunden yang telah meninggal. Dalam pelaksanaannya, upacara ini sangat lekat dengan “nafas” kehidupan masyarakat pendukungnya, terutama masyarakat yang tinggal di Dusun Kepuh, Dusun Manggong, dan Dusun Pagerjuang, wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman DIY.
Kekhasan upacara Dandan Kali adalah dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon mangsa kapat (menurut penanggalan Jawa), sebagai waktu yang dianggap turunnya wahyu Keraton Yogyakarta, karena Gunung Merapi adalah salah satu elemen keramat dalam konsep makrokosmos Keraton Yogyakarta. Selain itu semua penyiapan sampai pelaksanaan upacara memiliki tatacara dan kelengkapan upacara yang sangat ketat, yaitu harus memenuhi semua unsur upacara dan tidak boleh melanggar pantangan-pantangan wajib yang dipercaya akan dapat menggagalkan semua usaha. Beberapa ketentuan wajib yaitu pada saat upacara di tengah Sungai Gendol dan semua penyiapan perlengkapan upacara maupun memasak dilakukan oleh kaum pria, perempuan tidak boleh mengikuti upacara. Hal ini sudah menjadi tradisi secara-turun temurun yang barangkali perlu dikaji lebih dalam lagi apakah kedekatan lokasi upacara dengan Gunung Merapi direpresentasikan dalam simbol laki-laki dalam melaksanakan upacara tersebut. Kekhasan yang lain adalah kambing yang disembelih dalam upacara tersebut juga harus jenis Kambing Jawa jantan dan harus diusahakan sendiri oleh masyarakat 3 dusun yang terlibat dalam upacara. Bagian kepala kambing harus ditancapkan di tebing sungai. Keunikan lain adalah tidak dibolehkan memasang atap pelindung pada saat upacara berlangsung walaupun di tengah sungai Gendol sangat panas dan kering oleh terik matahari di siang hari.
Upacara dimulai pukul 07.00 WIB dengan diawali penyembelihan kambing (3 ekor kambing), semua bumbu disiapkan oleh laki-laki di lokasi tersebut. Daging kambing yang telah disembelih dimasak dengan bumbu mirip gulai atau dengan istilah setempat becekan. Setelah daging kambing tersebut selesai dimasak, kemudian dibungkus dan dibagikan kepada peserta upacara dan orang-orang yang membutuhkan. Upacara ini diakhiri dengan kenduri bersama untuk memohon kehidupan masyarakat diberi rejeki dan keselamatan.
Tidak ada gambar.
Tidak ada video.
Upacara Adat Dandan KaliKelola Keseimbangan Alam
“Dandan Kali, adalah Golong Gumulik-ing masyarakat Kepuharjo”
Warga Kepuh, Manggong, Pagerjurang
Desa Kepuharjo Cangkringan Sleman
Upacara adat Dandan Kali atau becekan direkomendasi untuk diberikan anugrah kebudayaan karena upacara adat ini mengisyaratkan pengelolaan keseimbangan alam semesta melalui jalinan relasi harmonis antara manusia dan alam sekitarnya yang sampai saat ini masih dilestarikan. Upacara Dandan Kali dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kehidupan, rejeki, serta keselamatan melalui nenek moyang atau pepunden yang telah meninggal. Dalam pelaksanaannya, upacara ini sangat lekat dengan “nafas” kehidupan masyarakat pendukungnya, terutama masyarakat yang tinggal di Dusun Kepuh, Dusun Manggong, dan Dusun Pagerjuang, wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman DIY.
Air menjadi sumber utama kehidupan manusia sekaligus menjadi sumber kebutuhan utama lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian masyarakat setempat. Hal lain yang perlu dicatat bahwa upacara ini dilakukan oleh masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan Yogyakarta dan dilakukan oleh masyarakat biasa, untuk itu justru dalam konteks ini kelangsungan upacara dan berbagai kearifan yang melekat didalamnya perlu didukung dan diberi apresiasi.
Istilah Dandan Kali memang mengandung maksud sebagai usaha merawat atau memperbaiki sungai Gendol yang berhulu di Gunung Merapi, bertujuan untuk meminta hujan dan berharap tidak terjadi kemarau berkepanjangan. Lokasi upacara berada di sungai Gendol dengan harapan sungai Gendol dan sungai-sungai di sekitarnya, seperti sungai Kretek dan sungai Kebeng, tetap dialiri air dan tidak mengalami kekeringan. Hal ini karena ketersediaan air selalu menjadi permasalahan utama di kawasan 3 dusun yang berada 700 m dpl di lereng Gunung Merapi tersebut, sehingga air hujan menjadi harapan terbesar untuk kehidupan. Upacara Dandan Kali meliputi 2 aktifitas yang bersifat fisik dan non fisik. Aktifitas yang bersifat fisik yaitu memperbaiki sungai, terutama membersihkan dan memperbaiki mata air yang rusak karena tertimbun lumpur dan batu ketika musim hujan. Aktifitas yang bersifat non fisik yaitu aktifitas berdoa dengan segala tatacara dan kelengkapan upacara. Masyarakat juga menyebut upacara Dandan Kali dengan istilah Becekan. Becekan berasal dari kata becek yang berarti mengandung air atau berair yang mengisyaratkan harapan masyarakat agar wilayahnya selalu tidak akan kekurangan air.
Kekhasan upacara Dandan Kali adalah dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon mangsa kapat (menurut penanggalan Jawa), sebagai waktu yang dianggap turunnya wahyu Keraton Yogyakarta, karena Gunung Merapi adalah salah satu elemen keramat dalam konsep makrokosmos Keraton Yogyakarta. Selain itu semua penyiapan sampai pelaksanaan upacara memiliki tatacara dan kelengkapan upacara yang sangat ketat, yaitu harus memenuhi semua unsur upacara dan tidak boleh melanggar pantangan-pantangan wajib yang dipercaya akan dapat menggagalkan semua usaha. Beberapa ketentuan wajib yaitu pada saat upacara di tengah Sungai Gendol dan semua penyiapan perlengkapan upacara maupun memasak dilakukan oleh kaum pria, perempuan tidak boleh mengikuti upacara. Hal ini sudah menjadi tradisi secara-turun temurun yang barangkali perlu dikaji lebih dalam lagi apakah kedekatan lokasi upacara dengan Gunung Merapi direpresentasikan dalam simbol laki-laki dalam melaksanakan upacara tersebut. Kekhasan yang lain adalah kambing yang disembelih dalam upacara tersebut juga harus jenis Kambing Jawa jantan dan harus diusahakan sendiri oleh masyarakat 3 dusun yang terlibat dalam upacara. Bagian kepala kambing harus ditancapkan di tebing sungai. Keunikan lain adalah tidak dibolehkan memasang atap pelindung pada saat upacara berlangsung walaupun di tengah sungai Gendol sangat panas dan kering oleh terik matahari di siang hari.
Upacara dimulai pukul 07.00 WIB dengan diawali penyembelihan kambing (3 ekor kambing), semua bumbu disiapkan oleh laki-laki di lokasi tersebut. Daging kambing yang telah disembelih dimasak dengan bumbu mirip gulai atau dengan istilah setempat becekan. Setelah daging kambing tersebut selesai dimasak, kemudian dibungkus dan dibagikan kepada peserta upacara dan orang-orang yang membutuhkan. Upacara ini diakhiri dengan kenduri bersama untuk memohon kehidupan masyarakat diberi rejeki dan keselamatan.***
Argo Twikromo
Tahun Data | : | 2019 |
Terakhir Update | : | 09 Januari 2019 - 12:07:04 |