Upacara Adat

Suran Mbah Demang


General

Suran Mbah Demang

-

Aktif

Pelaksana Suran Mbah Demang/ trah

-

50

-

-

Penetapan WBTB
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Lokasi

Sleman

Gamping

Banyuraden

Dusun Modinan Jalan -

-

-

-

Keterangan Lain

-

-

Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

-

Tidak Ada

Tiap tgl 7 bulan Suro

Modinan

-

Milik Sendiri

Baik

-

Sewa

Rusak

3001 - 4000

Masyarakat

Ki Demang Cakradikrama

Mengenang jasa Demang Cakradikerama, syukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah diberikan dan memohon keselamatan warga agar dijauhkan dari bala/ malapetaka.

Menyambut tahun baru Jawa dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengoreksi segala perbuatan yang telah dilakukan serta meningkatkan kebersamaan diantara warga masyarakat.

Semasa hidupnya Ki Demang hanya mandi setahun sekali pada tengah malam 7 Sura untuk menjaga kesaktiannya. Masyarakat sekitar meneruskan jejak beliau dengan mengambil air bekas sumur Ki Demang untuk cuci muka dan mandi pada tanggal tersebut. Peralatan dan sesaji yang diperlukan adalah sebagai berikut: Dhaharan asrep (makanan tawar), sambal goreng asrep, jangan bening asrep, tempe goreng, klepon, apem, sambal kering, tape, pisang, kue satu, roti tawar, unjukan teh dan kopi, sekar setaman, sekar Kebuli, ramping, ager-ager, sekul pethak (nasi putih), dan perlengkapan makan: piring, sendok, wijikan, kursi-bantal, dan lampu teplok. Peralatan dan sesaji salawatan terdiri dari: Tumpeng megana, Tumpeng gurih, Tumpeng sumurubing damar, Tumpeng sega ungguh, Pisang raja bikakan salawatan, Tukon pasar, Sekul gurih, Ingkung ayam, Srabi, Klepon, Clorot, Bulus angrem, Tujuh macam jenang, Ketupat, Sekar setaman, Sekar loloh, Dawet, dan Arang-arang kamban. Tiga hari sebelum puncak acara Suran Dusun Modinan, di rumah peninggalan Ki Demang Cakradikrama telah mulai dilakukan persiapan. Kegiatan yang dilakukan oleh kerabat keturunan Ki Demang Cakradikrama pada tahap persiapan ini mencakup: - Membersihkan bangunan-bangunan peninggalan Ki Demang seperti sumur, kamar mandi, dan rumah Ki Demang. Selain itu juga membersihkan makam Ki Demang dan Nyi Demang yang terletak di Dusun Guyangan, membersihkan cungkup (rumah-rumahan) makam pusaka peninggalan Ki demang yang ada di sisi Barat sumur. - Memperbaiki bangunan-bangunan peninggalan Ki Demang yang rusak, seperti tembok sumur, tembok kamar mandi, dan rumah Ki Demang. Selain itu juga cungkup makam Ki dan Nyi Demang serta cungkup makam pusaka Ki Demang. Pada pagi hari sebelum puncak acara yaitu ada tanggal 7 Sura, di rumah bekas kediaman Ki Demang telah dimulai dengan persiapan pembuatan sesaji, yaitu sesaji Suran Kademangan dan sesaji salawatan. Disamping itu, juga dibuat kendhi ijo yang berupa nasi putih yang dilengkapi dengan lauk pauk dari kelan (sayur) tholo dan gudhangan bumbu tumbuk kemudian dibungkus dengan daun pisang. Bungkusan ini bentuknya mirip dengan kendhi yang berwama hijau, maka disebut "kendhi ijo". Kendhi ijo ini pada siang harinya akan dibagikan kepada warga masyarakat di sekitar tempat upacara. Pada sore hari kamar mandi yang akan dipakai untuk upacara siraman atau padusan diisi dengan air dan sumur peninggalan Ki Demang Cakradikrama. Setelah bak mandi penuh, maka air dalam bak mandi tersebut ditaburi atau diberi bunga mawar. Setelah selesai kemudian kamar mandi ditutup pintunya dan akan dibuka saat pelaksanaan siraman atau padusan pada saat puncak upacara. Pada siang hari tanggal 7 Sura sekitar pukul 12.00 WIB dilaksanakan pembagian kendhi ijo kepada warga masyarakat di sekitar tempat upacara. Pembagian kendhi ijo ini dimaksudkan sebagai bentuk refleksi diri dan kebiasaan yang pemah dilakukan oleh Ki Demang pada semasa hidupnya. yaitu selalu memberi hidangan makan kepada orang yang datang ke rumahnya. Kebiasaan ini oleh anak cucunya masih dilaksanakan hingga sekarang pada Upacara Suran. Pada sore harinya dilaksanakan ziarah (nyekar) ke cungkup peninggalan Ki Demang (tempat penguburan pusaka milik Ki Demang). Kegiatan nyekar ke cungkup ini diawali dengan doa dan membakar kemenyan yang dilakukan oleh salah seorang kerabat dan trah Ki Demang Cakradikrama, kemudian dilanjutkan dengan ziarah dan nyekar di makam Ki Demang dan Nyi Demang yang terletak di makam Dusun Guyangan. Sekitar pukul 21.00 WIB, dimulai upacara Suran Dusun Modinan. Upacara terdiri dari pembacaan salawatan sampai menjelang pagi. Pada sekitar tengah malam salawatan mencapai saat sakral (srokal), dilaksanakan mandi di tempat yang dahulu pernah dipakai Ki Demang. Upacara mandi ini dilakukan oleh seorang keturunan tertua dari Ki Demang, kemudian diikuti oleh seluruh anggota trah dan dilanjutkan dengan warga masyarakat umum yang ingin ngalap berkah dengan ikut mandi.

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

No. Registrasi : 201600006273
Nama Karya Budaya : Suran Mbah Demang
Provinsi : DI Yogyakarta
Domain : Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Kategori : Upacara/Ritus

 

Cokrodikromo adalah seorang demang yang hidup pada era 1880 di Demakijo ( Sekarang Desa Banyuraden ). Ia seorang yang memilki kemampuan bisa mendekteksi keberadaan sumber mata air arthesis. Demang yang memiliki nama asli Asrah ini, sewaktu masih muda gemar bertapa. Asrah muda dipercaya Belanda menjadi mandor di pabrik gula Demakijo karena keberaniannya mengusir perampok. Banyaknya prestasi yang dimiliki Asrah, Belanda kemudian mengangkatnya menjadi Demang Demakijo. Syahdan, dahulu kala di bulan As syura (Muharram) terjadi kemarau panjang hingga mengakibatkan kekeringan di wilayah Demakijo. Maka dengan kemampuannya, Demang Cokrodikromo bisa membuat sumur yang airnya tidak pernah habis hingga sekarang. Sumur tersebut kemudian dikenal dengan sebutan sumur mbah demang, selain bisa mengatasi kekeringan di wilayah Demakijo, air sumur tersebut juga dipercaya memiliki kasiat dapat menyembuhkan penyakit serta membuat awet muda. Sebagai bentuk rasa syukur, setiap bulan Asyura dilakukan upacara adat Kirab Mbah Demang oleh trah Mbah Demang serta kerabat . Adapun Prosesi tersebut ; Memberikan kendhi ijo (makanan yang dibungkus dengan daun pisang) kepada warga, Mengambil air sumur Mbah Demang yang selanjutnya dikirabkan, Melakukan doa bersama mohon kepada Allah SWT untuk diberikan keselamatan,kesejahteraan ,kesehatan. Adapun pusaka peninggalan Mbah Demang juga turut dikirabkan antara lain; Kitab Ambya, Tombak, Bende. Selain pusaka tersebut juga dikirabkan pula pusaka peninggalan Ki Juru Permana, spiritual Sri Sultan HB IX berupa Kyai Blencong dan Tombak.

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 21 Februari 2018 - 13:59:57