Upacara Adat

Saparan Bekakak


General

Saparan Bekakak

-

Aktif

Masyarakat Ambarketawang

Mbah sutomo

60

1967

-

Penetapan WBTB
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Penghargaan
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Lokasi

Sleman

Gamping

Ambarketawang

Dusun - Jalan -

-

-

-

Keterangan Lain

-

-

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

-

Ada

Tiap Jumat Kliwon bulan Sapar

Balai Desa Ambarketawang, gunung Ambarketawang, dan Gunung Keling

-

Milik Sendiri

Sedang

-

Milik Sendiri

Baik

2001 - 3000

Pemerintah

Ki Wirosuto

Memohon selamat bagi para penambang gamping

lambang pengorbanan dan kesetiaan seorang abdi

Upacara adat ini pada awalnya merupakan perintah Sri Sultan HB I yang menyarankan pembuatan sepasang boneka pengantin yang disebut Bekakak (terbuat dari tepung beras ketan yang diisi dengan sirup gula jawa). Bekakak ini akan dipotong sebagai lambang pengorbanan Ki Wirosuto yang meninggal dunia bersama istrinya di dalam goa Gunung Gamping. Prosesi Upacara adat Saparan Bekakak Gamping diawali dengan Midodareni sepasang pengantin Bekakak. Pada prosesi ini sepasang pengantin bekakak bersamaan dengan Tirto Donojati dikirabkan menuju Balai Desa Ambarketawang untuk selanjutnya disemayamkan. Selesai penyerahan Bekakak dilanjutkan dengan tradisi kenduri dan dahar kembul serta digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Sementara itu pada waktu yang bersamaan di Dusun Tlogo (Klangenan) bekas pesanggrahan HB I dilangsungkan macapatan. puncak prosesi upacara adat Saparan Bekakak Gamping akan dilakukan kirab Agung Bekakak Gamping. Dalam kirab ini sepasang pengantin bekakak akan diarak dari Balai Desa Ambarketawang menuju tempat penyembelihan yaitu di bekas gunung ambarketawang dan di gunung Keliling. Selain sepasang Bekakak kirab juga akan diikuti bregodo prajurit, pusaka, binatang peliharaan Ki Wirosuto, perangkat desa, gunungan buah dan sayur, kelompok kesenian dan yang cukup menarik pengunjung adalah boneka raksasa yang dianggap sebagai perwujudan makhluk halus penunggu Gunung Gamping.

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

Diceritakan abdi dalem penongsong yang bernama Kyai dan Nyai Wirosuto, bertugas membawa paytung kebesaran pada masa Sultan Hamengkbuwana I ketika masih bertahta di Ambarketawang       . Ketika kraton pindah ke Yogyakarta, Kyai dan Nyai Wirosuto tetap tinggal di Ambarkjetawang. Mereka kemudian menjadi penggali/penambang  batu kapur. Pada saat sedang menambang batu kapur, kyai dan Nyai Wirosuto terkena musibah. Mereka bersama keluarganya dan hewan ternaknya meningal dunia tertimbun longsoran  gunung gamping (kapur). Mendenga kabar musibah tersebut, kemudian sang raja memerintahklan melaksanakan upacara dengan maksud untuk mengenang jasa dari Kyai dan Nyai Wirosuto. Peristiwa itulah yang melatarbelakangi dilaksanakannya upacara bekakak. Upacara tersebut dilaksanakan setiap tahun sekali. Dalam perkembangan selanjutnya upacara ini menjadi tradisi di masyarakat Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabuoaten Sleman.  Namun demikian upacara tersebut kemudian juga dikenal dengan nama upacara adat Saparan Gamping. 

Tradisi Saparan din Gamping juga disebut upacara bekakak. Sebab boneka bekakak sebagai sesaji utamanya yang tidak boleh ditinggalkan. Bekakan adalah sepasang boneka yang dibuat menyerupai pengantin (sepasang pengantin) yang dibuat dari bahan beras ketan. Boneka tersebut di dalamnya berisi ceiran guka jawa. Dengan demikian, ketika dipotong lehernya (disembelih) juruh atau cairan tersebut keluar mengelir menyerupai darah dari tubuh boneka pengantin bekakak tersebut.

Tempat pelaksanaan upacara bekakak di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kab. Sleman. Upacara ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 10-20 bulan Sapar, dimulai pukul 14.00 dan penyembelihan boneka bekakak pada pukul 16.00 WIB.   Upacara bekakak di awali dari Balai Desa Ambarketawang dengan arak-arakan menuju ke Gua Gung. Di gua ini penyembelihan bekakak pertama dilaksanakan,  kemudian menuju Gunung Kliling dan di sini penyembelihan bekakak kedua, kemudian diakhiri dengan pemberian sasaji di bekas poesanggrahan Ambarketawang. Tujuan dilaksanakannya upacara bekakak atau Saparan tersebut adalah sebagai ungkapan penghormatan kyai dan Nyai Wirosuto sekeluarga, sebagai cikal bakal dan leluhur masyarakat Gamping. 

 

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 14 November 2018 - 23:14:41