Babad Betawi (jilid 3)

-

Ada

Koleksi Museum Pura Pakualaman No. Katalog 2282/PP/73

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Museum Puro Pakualaman

Yogyakarta

Pakualaman

Gunungketur

-

-

Dusun Jalan

-

Naskah ditulis dalam bahasa Jawa berhuruf Jawa, dengan bentuk Mocopat setebal 900 halaman.

Teks diawali dengan pengukuhan nam para putra Paku Alam I yakni Arya Suryaningrat dan Arya Suryaningprang, dilanjutkan dengan keberangkatan Hamengku Buwana II ke tempat pembuangan. Setelah itu, cerita bberkisar pada peristiwa yang terjadi pada masa Hamengku Buwana III dalam kaitannya dengan perjalanan selama pembuangan Natakusuma dan Natadiningrat ke berbagai kota. Diuraikan pula sejumlah laku yang dijalankan oleh beliau berdua sehingga selamat bahkan mendapat kemurahan Tuhan.
Penylinan teks diprakarsai oleh Paku Alam II dan isinya, Gusti Kanjeng, dengan bantuan Ki Kartamarma sebagai penyngging, dan dua penulisny yakni Ki Sestrasesmita serta Ki Sestra Diwangsa. Adapun Ki Sutawan bertugas menafsirkan kata-kata yang diambil dari Kitabu Kasan.

Awal penggubahan teks adalah hari senin legi, tanggal 2 Rajab, tahun Jumawal, 1805(J) dan selesai pada hari selasa kliwon, tanggal 16 Jumadilawal, tahun Je, 1860 (J).

Dibagian kolofon (h.1) disebutkan bahwa naskah ini merupakan salinan  , “tedhakan Babad beetawi. Isi teksnya bagian awal sampai dengan h.153 sepadan dengan naskah Bb.2.

Pada pupuh 67.1 sampai dengan pupuh 85. Dibagian akhir disyaratkan akan bersambung ke naskah lain “ Yen benjing karsa malih, lintu sanes papaning” (h. 957), dan “Paratandha lintu papaning sestra” yang sering dipakai sebagai petunjuk bahwa test bersambung ke naskah lain. Namun, sambungkan dari teks ini tidak ditemukan dalam koleksi Perpustakaan Pakualaman.
Terjilid dalam naskah ini, tulisan berhuruf Jawa berbeda corak tulisan dengan teks Babad Betawi, sejumlah turunan surat-menyurat (prosa) antara lain tertanda tanggal 3 Desember 1894 di Yogyakarta.

Terdapat banyak rubrikasi, diletakkan dibagian margin kiri atau kanan berupa tulisan di dalam bingkai sebagai penanda topik. Tampaknya, teks Babad Betawi ini akan dilengkapi dengan gambar wedana renggan, tetapi hingga saat teks ditulis belum terwujud.