Cerita Rakyat / Tradisi Lisan

Ki Ageng Wonolelo


General

Ki Ageng Wonolelo

-

-

Penetapan WBTB
Kabupaten

-

-

-

Provinsi

-

-

-

Nasional

-

-

-

Internasional

-

-

-

Daerah Asal Cerita

Sleman

Ngemplak

Widodomartani

-

Dusun Pondok Wonolelo Jalan

Daerah Asal Cerita

Ki Ageng Wonolelo, Syeh Wasibageno, Panembahan Bodo, Syeh Bela Belu, Syeh Jumadil Qubro, Prabu Brawijaya V, Syeh Jimat.

Ki Ageng Wonolelo memiliki nama kecil yakni Syeh Jumadigeno. Ia memiliki dua orang adik yang bernama Syeh Wasibageno dan Panembahan Bodo. Ketiganya adalah putra dari Syeh Bela Belu (Syeh Khaki). Syeh Khaki adalah putra dari Syeh Jumadil Qubro (Pangeran Blancak Ngilo) yang makamnya berada di puncak Gunung Turgo. Syeh Jumadil Qubro sendiri adalah putra dari Prabu Brawijaya V. Syeh Jumadigeno dan adiknya, Syeh Wasibageno lama berguru kepada kakek (Syeh Jumadil Qubro) dan pamannya (Syeh Jimat). Setelah memperoleh bekal ilmu dan berbagai pusaka keduanya kemudian mengembara menyebarkan agama Islam. Hingga suatu ketika keduanya berpisah karena masing-masing ditugaskan mengembangkan wilayah yang berbeda. Syeh Wasibageno kemudian berjalan ke arah timur hingga sampai di Hutan Dwarawati yang kemudian dikenal sebagai Jatinom. Wilayah ini masuk Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di tempat ini Syeh Wasibageno kemudian bergelar Ki Ageng Gribig. Syeh Jumadigeno sendiri berjalan hingga sampai di sebuah hutan yang kelihatan “malelo” atau jelas. Di tempat itulah Syeh Jumadigeno membuka wilayah sambil menyebarkan agama Islam. Lama-kelamaan pengikutnya banyak. Bahkan banyak orang dari luar wilayah yang belajar dan tinggal di tempat ini. Oleh karena itu Syeh Jumadigeno kemudian mendirikan sebuah pondok untuk menampung para santrinya. Berdasarkan hal itu tempat ini kemudian dikenal dengan nama Dusun Pondok Wono Malelo. Lama-kelamaan nama ini berubah menjadi Pondok Wonolelo. Nama Wonolelo akhirnya lekat juga pada nama Syeh Jumadigeno sehingga ia dikenal dengan nama Ki Ageng Wonolelo. Gelar Ki Ageng diberikan padanya karena ialah yang membuka dan menguasai kawasan Wonolelo di masa itu. Setahun sekali, yakni pada bulan Sapar selalu diadakan peringatan Saparan untuk mengenang jasa dan kebesaran Ki Ageng Wonolelo. Pada acara ini biasanya pusaka-pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo dikirabkan mulai dari halaman Masjid Agung Wonolelo hingga kompleks makam Ki Ageng Wonolelo. Upacara kirab ini akan diakhiri dengan penyebaran apem dengan tempat di sisi timur kompleks makam Ki Ageng Wonolelo.

Gambar/ Video
GAMBAR

Tidak ada gambar.


VIDEO

Tidak ada video.

Keterangan Tambahan

-

Tahun Data : 2019
Terakhir Update : 08 Januari 2016 - 10:17:02