Di desa tua bernama Mangir, merupakan desa yang disinggahi oleh putra raja brawijaya V. putra yang ke-43 danri 117. Ki Ageng Mangir membuka wilayah mangir beserta para pengikutnya dan memberdayakan perkebunan kelapa untuk kesejahteraan warganya. Beliau adalah sosok yang sangat dihormati dan disegani karena kebijakan, kesaktian, kecerdasan dan kearifannya. hingga pada masa Ki Ageng Mangir Wanabaya yang terakhir, tidak mau tunduk dibawah kekuasaan mataram dan sulit ditaklukan yang pada akhirnya raja mataram panembahan senopati menggunakan strategi perang rantai emas dengan mengumpankan putranya yang bernama putri pembayun. sehingga ketika itu terjadilah perkawinan keduanya antara Ki Ageng Mangir Wanabaya dengan putri pembayun yang mengaku sebagai penari (ledhek) anak dari musisi (Pengendang) grup kesenin tersebut. hingga akhirnya menghadap raja mataram yang menyisakan misteri dan kontroversi tentang kematian beliau