Salah satu keputusan Perjanjian Renville yang sangat merugikan RI adalah keharusan menarik pasukan-pasukan RI dari daerah-daerah kantong yang dikuasai Belanda. Walaupun pihak Angkatan Perang menyampaiakn protes, antara lain dengan pengunduran diri Letnan Jenderal Urip Sumoharjo sebagai Kepala Staf Umum, namun pemerintah tetap melaksanakan keputusan itu, pasukan yang paling banyak meninggalkan daerahnya ialah Divisi Siliwangi. Mereka diharuskan mengosongkan Jawa Barat dan pindah di daerah Republik Indonesia, Magelang, Solo, dan Yogyakarta. Ditaksir jumlah mereka mencapai 35.000 orang. Panglima Besar Sudirman menyebut mereka sebagai Pasukan Hijrah. Rombongan pertama Pasukan Hijrah tiba di stasiun Tugu Yogyakarta pada bulan Februari 1948.