Kabupaten |
: |
Sleman |
Kecamatan |
: |
Kalasan |
Kelurahan |
: |
Selomartani |
Pertempuran Plataran merupakan salah satu fragmen dari serangkaian pertempuran yang dilakukan oleh kadet dan alunmi Militer akademi (MA) Yogyakarta berserta rakyat dalam menghadapi serangan Belanda selama Perang Kemerdekaan II. Pertempuran Plataran sebelumnya telah didahului oleh beberapa peristiwa yang terjadi di daerah sekitar Kalasan. Peristiwa Plataran terjadi salah satu penyebabnya adalah jatuhnya buku harian V.C. Abdul Jalil ke tangan Belanda sewaktu Abdul Jalil gugur dalam peristiwa Sambiroto (22 Februari 1949). Dari buku harian itu Belanda mengetahui markas dan rencana yang telah disusun oleh Militer Akademi. Namun sebuah antisipasi telah dilakukan dengan sangat baik oleh MA, sebab begitu mengetahui buku harian Abdul Jalil jatuh ke tangan musuh, markas MA, markas komandan SWK 104, markas penghubung, segera dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Belanda memang memburu pasukan MA sebab menurut keterangan dari arsip Belanda, pasukan MA adalah pasukan elit yang terdidik, sehingga untuk memburu pasukan itu juga diterjunkan pasukan elitnya Belanda. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Februari 1949. Bermula dari serangan pasukan MA dan gabungan dari beberapa pasukan lain yang menyerang pos Belanda di Bogem Kalasan dengan menghancukan jembatan yang melintas Kali Opak. Setelah penyerangan yang dilakukan pada malam hari, pasukan kembali ke markas dengan cara berpencar. Sekitar Subuh sudah ada yang berhasil sampai ke markas. Ppeleton H. 1 pimpinan V.C. Sujanadi yang bermarkas di Ngasem , H.2 pimpinan Nawawi di Petebulu akan menuju Sindon, kelompok Lettu Sarsono dan Letda Wiyogo di Gatak, serta peleton Z (kadet baru lulusan Akademi Malang) di Plataran menuju markas Kaliwaru. Tidak lama kemudian terdengar bunyi tembakan dalam jarak dekat. Peleton H 1 menyingkir untuk melindungi warga agar tidak diserang Belanda. H. 2 mengintai dengan kekuatan 10 orang (empat diantaranya Tentara Pelajar), kemudian bergabung dengan Peleton Z di Plataran, di samping itu ada juga kekuatan dari AURI. Sementara pasukan Belanda sebanyak 1 kompi yang dibagi tiga peleton, ketiga peleton itu menyerang dari arah yang berbeda. Belanda mulai serangan dari peleton II di Gatak dan membakar rumah penduduk dan disambut perlawanan dari MA , sementara peleton III Belanda bergerak dari barat menyerang Plataran dari belakang. Karena kelelahan akibat penyerangan di Bogem, serangan di Plataran itu menimbulkan kepanikan di kalangan MA sehingga mereka mundur sendiri-sendiri . Situasi yang coba dikendalikan oleh Letda Utoyo tidak banyak membantu, pasukan RI berpencar, sehingga banyak anggota yang gugur termasuk Letda Utoyo. Untuk mengenang peristiwa tanggal 24 Februari 1949 di Plataran didirikan sebuah monumen.