Kabupaten |
: |
Yogyakarta |
Kecamatan |
: |
- |
Kelurahan |
: |
(tidak diinput) |
Sejak Ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada masa agresi Belanda ke II, maka TNI mundur keluar kota dan menjalankan strategi perang gerilya. Wilayah Yogyakarta dibagi bagi Subwehrkreise (SWK) dan berada di bawah komando Wehrkreise III. Dengan didudukinya Yogyakarta, Belanda kemudian menyiarkan berita kepada dunia bahwa Indonesia dan tentaranya telah hancur. Berita itu didengar oleh Sultan Hamengku Buwana IX melalui siaran radio. Kemudian beliau dengan komandan WK III Letkol Suharto mengatur strategi untuk melakukan serangan terhadap kekuatan Belanda. Pasukan RI bersiap sejak malam hari, dan bersamaan dengan bunyi sirine tanda habis jam malam, Serangan Umum secara serentak dilakukan ke dalam Kota Yogyakarta, pada tanggal 1 Maret 1949. Pasukan yang tergabung dalam SWK 102 menyerang dari arah selatan dipimpin Mayor Sardjono; SWK 103 menyerang dari arah barat di bawah pimpinan Letkol. Soehoed; dari arah utara ada pasukan SWK 104 di bawah komando Mayor Soekasno, dan SWK 105 menjaga pasukan Belanda di wilayah timur yakni Tanjungtirto dan menguasai lapangan terbang Maguwo. Gabungan kekuatan dari pasukan Republik Indonesia berhasil memukul mundur kekuatan Belanda yang berada di kota, dan pasukan Belanda yang berada di Benteng Vredeburg mundur sampai Kotabaru. Yogyakarta selama lebih kurang 6 jam berhasil dikuasai oleh tentara republik. Walaupun hanya menguasai selama 6 jam sebelum akhirnya jatuh lagi ke tangan Belanda yang mendatangkan pasukan bantuan dari Magelang, namun dampak dari peristiwa tersebut cukup besar dan signifikan dalam sejarah Indonesia. Peristiwa itu membuktikan bahwa Indonesia dan tentaranya masih eksis.